Efek serangan hacker ke Balancer, kripto anjlok parah
Efek serangan hacker ke Balancer, kripto anjlok parah
Setelah sempat mengalami peretasan besar di akhir Agustus 2023, Balancer (BAL), 20 September 2023, dan yang terbaru 5 November 2025 tim Balancer kembali dikabarkan tengah menghadapi serangan siber baru yang berpotensi merugikan para penggunanya. Meskipun langkah mitigasi segera dilakukan, dampak terhadap kepercayaan komunitas DeFi—khususnya di jaringan Ethereum—tidak bisa dihindari.
Kini, efek domino dari insiden ini semakin terasa di pasar kripto global. Ethereum (ETH) merosot hingga 9% pada perdagangan Senin (5/11), menembus level support penting di sekitar US$3.600. Penurunan tajam ini, dikutip dari CNBC.com, menambah tekanan di tengah rangkaian peristiwa negatif yang mengguncang industri aset digital dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut data CoinMetrics, harga ETH terakhir turun 6,6% di kisaran US$3.600, atau sekitar 25% lebih rendah dari level tertingginya tahun ini di US$4.885 pada 22 Agustus.
🔍 Serangan Balancer: Celah Smart Contract Jadi Pintu Masuk Hacker
Menurut laporan awal yang dikutip dari Decrypt.co (5/11), serangan siber pada Balancer kali ini dieksekusi melalui celah keamanan di smart contract yang mengelola pool likuiditas. Celah tersebut memungkinkan manipulasi harga dan logika internal pool, sehingga peretas dapat menyedot dana dari beberapa kolam likuiditas tanpa terdeteksi sistem.
Para peretas menggunakan flash loan exploit, sebuah teknik pinjaman instan tanpa jaminan yang dilunasi dalam satu transaksi. Dengan strategi ini, mereka dapat meminjam, mengeksploitasi, lalu mengembalikan pinjaman sebelum transaksi selesai divalidasi di blockchain—menjadikannya sulit dicegah secara real-time.
Akibat serangan tersebut, lebih dari US$100 juta aset digital dilaporkan raib dari sejumlah pool Balancer. Tim pengembang menyebut eksploitasi telah dihentikan, namun beberapa aset pengguna masih berisiko jika belum dipindahkan ke pool yang telah ditandai sebagai aman.
⚙️ Apa Itu Balancer?
Balancer adalah protokol DeFi (Decentralized Finance) berbasis Ethereum yang berfungsi sebagai Automated Market Maker (AMM). Platform ini memungkinkan pengguna untuk menukar token, menyediakan likuiditas, dan memperoleh imbal hasil dari biaya transaksi.
Yang membuat Balancer unik adalah kemampuannya mendukung multi-asset liquidity pool, yakni kolam likuiditas yang dapat menampung lebih dari dua token sekaligus. Algoritma Balancer secara otomatis menjaga proporsi aset di dalam pool agar tetap seimbang, sekaligus memaksimalkan efisiensi perdagangan.
Sebelum insiden ini, Balancer masuk dalam 10 besar protokol DeFi berdasarkan Total Value Locked (TVL)—nilai total aset yang dikelola di platform tersebut.
📉 Efek Domino ke Pasar Kripto
Serangan terhadap Balancer bukan hanya mengguncang komunitas DeFi, tetapi juga memperburuk sentimen pasar kripto secara keseluruhan. Investor kini semakin berhati-hati setelah serangkaian tekanan makroekonomi turut membebani harga aset digital.
Pada pertengahan Oktober, Presiden AS Donald Trump sempat memicu kepanikan pasar setelah mengumumkan tarif besar terhadap China atas pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth). Kebijakan itu memicu pelarian modal dari kripto ke aset aman seperti emas.
Tak lama berselang, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan agar investor tidak terlalu berharap pada penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Kombinasi faktor-faktor ini membuat pasar kripto berada dalam mode “risk-off”, dengan banyak investor memilih menahan posisi atau likuidasi aset.
“Rangkaian peristiwa ini membuat investor berada dalam posisi waspada memasuki November,” ujar Juan Leon, Kepala Strategi Investasi di Bitwise, kepada CNBC. “Meski volatilitas makro masih tinggi, koreksi tajam Oktober ini sebenarnya merupakan proses deleverage sehat yang membersihkan pasar dari spekulasi berlebihan.”
Saham-saham terkait aset digital juga ikut tertekan—Coinbase turun hampir 4%, sementara MicroStrategy melemah lebih dari 1%.
💡 Kesimpulan
Insiden peretasan Balancer menjadi peringatan keras bagi sektor DeFi, yang meski menjanjikan kebebasan finansial, tetap rentan terhadap risiko teknis. Bagi investor, peristiwa ini menegaskan pentingnya diversifikasi aset, kewaspadaan terhadap keamanan smart contract, serta memahami risiko yang melekat dalam ekosistem keuangan terdesentralisasi.
Apapun arah pergerakan berikutnya, satu hal jelas: keamanan tetap menjadi fondasi utama kepercayaan di dunia kripto.